Sabtu, 05 November 2011

Teori Segitiga Cinta (The Triangular Theory of Love) Sternberg

Teori ini menyatakan bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama: gairah (passion), keintiman, dan komitmen, yang dijelaskan sebagai berikut (Dariyo, 2003).

a. Intimacy

Merupakan elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati dan mempercayai pasangan yang dicintai. Seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup di sisinya.

b. Passion

Merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. Adanya passion ini menyebabkan dinamika kehidupan cinta antara dua individu yang berbeda jenis kelamin karena merasa bergairah secara seksual terhadap pasangan hidupnya. Kebutuhan seksual merupakan salah satu unsur terpenting untuk mempertahankan kelangsungan keutuhan cinta. Namun, bila dicermati secara mendalam, passion meliputi sentuhan fisik, membelai rambut, berpegangan tangan, merangkul, memeluk, mencium, atau hubungan seksual.

c. Commitment

Merupakan dorongan kognitif yang mendorong individu tetap mempertahankan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya. Komitmen yang sejati ialah komitmen yang berasal dari dalam diri yang tidak akan pernah pudar/luntur walaupun menghadapi berbagai rintangan, godaan, ataupun ujian berat dalam perjalanan kehidupan cintanya. Adanya rintangan, godaan, atau hambatan justru akan menjadi pemicu bagi masing-masing individu untuk membuktikan ketulusan cinta terhadap pasangan hidupnya. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga, dan merasa dicintai pasangan hidupnya. Dengan demikian, komitmen akan mempererat dan melanggengkan kehidupan cinta sampai akhir hayat. Kematianlah yang memisahkan hubungan cinta tersebut.


Berikut adalah skema Teori Segitiga Cinta (The Triangular Theory of Love) dari Sternberg


Berdasarkan pada teori segitiga cinta (triangular theory of love) yang dikemukakan oleh Sternberg, terdapat delapan jenis hubungan percintaan yang masing-masing jenisnya memiliki ciri-ciri yang berbeda (Dariyo, 2003). Jenis-jenis cinta tersebut yaitu:

a. Nonlove (tidak ada cinta)

Merupakan hubungan antarindividu yang berbeda jenis kelamin, tanpa disertai unsur intimasi, hawa nafsu biologis (passion) ataupun komitmen. Hubungan tersebut sangat dangkal, bahkan cenderung antarindividu tidak memiliki kepedulian ataupun perhatian yang mendalam. Hubungan jenis ini hampir sama dengan individu-individu yang tidak saling kenal sehingga tidak ada unsur yang mendorong keduanya untuk mempertahankan hubungan tersebut.

b. Liking (menyukai)

Dua individu yang berbeda jenis kelamin sama-sama merasa terdorong untuk saling memperhatikan satu sama lain. Hubungan mereka sangat akrab, yaitu ditandai keinginan mengungkapkan pengalaman, perasaan ataupun pemikirannya. Namun, keduanya tidak memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seksual dan tidak ada ikatan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Hal ini lebih tepat diterapkan pada hubungan persahabatan (pertemanan).

c. Infatuation (infatuasi)

Terjadinya hubungan dua individu yang berbeda jenis kelamin yang hanya didasari unsur nafsu biologis (passion) semata. Dalam hubungan tersebut, tidak ada unsur keakraban (intimasi) ataupun komitmen untuk mempertahakan hubungannya. Setelah kebutuhan biologisnya terpenuhi, mereka tidak ada lagi hubungan pribadi. Hubungan ini ditemukan pada individu yang menyalurkan kebutuhan seksualnya di tempat pelacuran, diskotek, atau mereka yang melakukan pemerkosaan.

d. Empty love (cinta yang kosong)

Jenis cinta ini hanya didasarkan pada unsur komitmen, tetapi tidak ada unsur nafsu biologis (passion) ataupun intimasi. Masing-masing individu bertekad untuk mempertahankan hubungan tersebut, tetapi keduanya tidak ada kemauan untuk melakukan hubungan seksual ataupun menjalin komunikasi secara hangat, mesra, dan akrab. Jenis cinta ini dapat ditemukan pada mereka yang melakukan hubungan cinta, tetapi dibatasi jarak yang sangat jauh.

e. Romantic love (cinta romantis)

Merupakan dua individu yang berbeda jenis kelamin yang menjalin hubungan cinta didasarkan atas unsur keakraban (intimasi) dan nafsu seksual, tetapi tidak ada niat untuk meneruskan ke jenjang pernikahan. Keduanya tampak akrab dan kadang dalam keakraban tersebut disertai dengan perilaku seksual (pegangan tangan, pelukan, ciuman, bahkan hubungan seksual).

f. Companionate love (cinta persahabatan)

Hubungan antara dua individu berbeda jenis kelamin yang hanya didasarkan atas unsur intimasi saja, tetapi tidak disertai dengan keinginan menyalurkan hubungan seksual ataupun untuk meningkatkan ke jenjang pernikahan. Hubungan ini terjadi pada mereka yang telah menikah, kemudian salah seorang di antaranya menjalin relasi dengan individu lain.

g. Fateous love (cinta fateus)

Hubungan percintaan dari dua individu yang berbeda jenis kelamin, yang didasari unsur passion dan komitmen, tetapi tidak ada unsur intimasi. Dalam melakukan relasi tersebut, individu dapat melakukan perilaku seksual dan keduanya terdorong mempertahankan ikatan itu. Hal ini kemungkinan agar keduanya leluasa dapat menyalurkan kebutuhan seksual mereka. Namun, diantara kedua individu itu tidak menampakkan hubungan yang hangat, akrab, dan cenderung tidak mau memberi perhatian serius. Hubungan antarindividu tersebut dapat terjadi pada individu-individu yang belum menikah ataupun yang sudah menikah. Mereka yang menikah, karena dijodohkan kedua orangtua, bisa jadi memiliki cinta jenis ini.

h. Consummate love (cinta sejati)

Cinta jenis ini dapat terjadi jika ada ketiga unsur, yaitu nafsu biologis (passion), intimasi, dan komitmen. Dua individu yang sama-sama memiliki ketiga unsur ini umumnya dapat mempertahankan hubungan percintaan sampai langgeng. Mereka tidak akan mudah menyerah atau putus asa ketika harus menghadapi berbagai penderitaan, cobaan, godaan, ataupun rintangan. Dengan adanya penderitaan itu, justru makin memperkuat tekadnya untuk membuktikan rasa cinta kepada pasangan hidupnya. Masing-masing saling menunjukkan perilaku cinta (love behavior), artinya masing-masing individu berupaya untuk berbuat sesuatu guna menyenangkan, menggembirakan, ataupun membahagiakan pasangan hidupnya. Ketika salah seorang dalam keadaan sakit, menderita, atau mengalami kemalangan, yang satunya berusaha menghibur dan menguatkan hatinya agar tabah dalam menjalani kehidupan. Cinta jenis ini didasari nilai-nilai kejujuran, ketulusan, kesetiaan, kebersamaan, keharmonisan, tanggung jawab, kepercayaan, dan saling pengertian.

Secara singkat, jenis-jenis cinta yang telah dikemukakan tersebut di atas dapat dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

Tabel 1. Pola cinta menurut Sternberg (dalam Dariyo, 2003)

Jenis Cinta

Unsur Cinta

Intimacy

Passion

Commitment

Nonlove

-

-

-

Liking

v

-

-

Infatuation

-

v

-

Empty Love

-

-

v

Romantic Love

v

v

-

Companionate Love

v

-

v

Fateous Love

-

v

v

Consummate Love

v

v

v

1 komentar: